Senin, 31 Oktober 2011

Akhwat Sejati

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari kecantikan parasnya…
Tetapi dari kecantikan hati yang ada dibaliknya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari bentuk tubuh yang mempesona…
Tetapi dari sejauh mana dia berhasil menutup tubuhnya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari begitu banyaknya dia melakukan kebaikan…
Tetapi dari keikhlasannya memberikan kebaikan itu…


Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya…
Tetapi dari apa yang sering mulutnya bicarakan…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keahliannya berbicara…
Tetapi dari bagaimana caranya berbicara….

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari keberaniannya berpakaian…
Tetapi dari sejauh mana dia mempertahankan kehormatannya…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang dijalan…
Tetapi dari kekhawatiran dirinya yang membuat orang tergoda…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari seberapa banyak dan besar ujian yang dijalani…
Tetapi dari sejauh mana dia menghadapi ujian dengan kesabaran…

Akhwat Sejati…
Bukan dilihat dari sifat supelnya bergaul…
Tetapi dari sejauh mana dia menjaga kehormatannya dalam bergaul…
(pendiari)

Sabtu, 29 Oktober 2011

Kepedulian....kemanakah engkau pergi ?


Senang, gembira dan tentunya bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dakwah Sunnah yang mulia ini dapat kita rasakan sampai saat ini. Suatu dakwah yang mengajak kepada Al Qur’an dan As Sunnah dengan barometer pemahaman sesuai apa yang dipahami generasi terbaik umat ini.)
Tatkala penyakit TBS (Takhayul, Bid’ah, Syirik) merajalela di bumi nusantara ini, mengepung dari berbagai arah, alhamdulillah dakwah penawar penyakit TBS ini telah hadir di tengah tengah kita. Meskipun rintangan, hambatan dan ujian selalu mengiringi perjalanan dakwah ini dan para da’inya.
Dakwah yang mulia saat ini, masih sangat sedikit sekali pendukungnya. Masih sangat asing di tengah tengah masyarakat. Butuh usaha keras untuk memahamkan mereka tentang hakikat dakwah ini. Dakwah Tasyfiyah dan tarbiyah, dakwah anti kekrasan dan non-teroris, dakwahnya Rasulullah dan para sahabatnya.
Di tengah keterasingan dan sedikitnya pengikut dakwah ini, maka kita butuh kerja sama satu sama lainnya. Saling membantu sesuai dengan kapsitas kita masing-masing. Wata’awanu alal birri wat taqwa.
Saudaraku……
Bermunculanlah Yayasan-yayasan / lembaga-lembaga Dakwah, Pendidikan dan Sosial untuk mencover kegiatan dakwah ini. Berdirinya lembaga-lembaga ini merupakan suatu wasilah para da’i dan penggiat dakwah Sunnah untuk menyampaikannya ke tengah –tengah masyarakat dengan lebih terstruktur dan terprogram.
Terbukti, diantara lembaga dakwah ini, telah berhasil mengadakan kegiatan-kegiatan dakwah seperti dauroh, seminar, pembinaan TPQ, Pesantren remaja dan mahasiswa, mendirikan madrasah diniyyah, bahkan berhasil mendirikan Pondok pesantren atau Sekolah Islam dalam rangka berdakwah lewat jalur pendidikan.
Namun, terkadang semua kegiatan dakwah diatas, dilaksanakan apa adanya, tanpa perencanaan matang serta persiapan SDM yang mumnpuni. Akibatnya, ada kegiatan yang terbengkalai, kurang terurus, kurang perhatian dan akhirnya hidupnya segan, matipun tak mau.
Diperparah lagi, ada sebagian saudara kita yang tidak mau memikirkan dan kurang peduli terhadap lembaga lain selain lembaga yang dia urusi. Tatkala suatu lembaga membutuhkan dukungan dari lembaga lain, maka dia serta merta bilang :”itu mah urusan intern lembaga dakwah tersebut”. Tanpa usaha untuk memberikan saran, masukan dan bantuan kepada pengurus lembaga lain tersebut (dengan jalur / cara yang tepat dan berakhlakul karimah tentunya_red).
Akankah kita akan selalu menapakkan sifat ke-ego-an kita ??
Kita yakin, bahwa diantara kita hafal dan paham betul hadist – hadist Rasuullah tentang rasa kepedulian, diantaranya
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat.. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (Muslim)
Dari an-Nu’man bin Basyir dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:


مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam".

Alangkah indahnya dakwah Sunnah ini, jika masing-masing elemen umat yang sudah paham sunnah ini bersatu padu saling membantu satu sama lainnya. Tidak ada lagi rasa ke-aku-annya yang muncul, tapi menjadi tumbuh rasa bagaimana kita bisa bermanfaat bagi yang lain. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. (Admin)

Kamis, 20 Oktober 2011

WANITA MUSLIMAH JUGA WAJIB BELAJAR ILMU SYAR’I

(Oleh: Prof. Dr. Shalih As-Sadlan)
Wanita merupakan bagian dari elemen masyarakat. Sehingga secara otomatis, mereka juga memiliki andil dan tugas dalam menata dan memperbaiki masyarakat. Tidak ada keraguan lagi, untuk melaksanakan tanggung jawab dalam membina diri sendiri dan masyarakat, mutlak membutuhkan ilmu. Konsekuensinya, kaum wanita juga harus memiliki ilmu untuk menjalankan tanggung-jawab tersebut. Karenanya, ia bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan ibadah shalatnya, ibadah puasanya, pembayaran zakatnya, ibadah hajinya, usaha pemurnian aqidahnya, aktifitas amar ma’ruf nahi munkar dan semangat berlomba dalam setiap kebaikan. Ringkasnya, seluruh kandungan risalah Islam yang termaktub dalam Al-Qur`ân maupun Hadits tentang kewajiban seorang muslim, memiliki makna bahwa wanita juga berkewajiban untuk mempelajari dan mengajarkannya, baik secara teori maupun dalam amaliah nyata.
Semua orang telah memahami bahwa ajaran Islam memuat unsur ibadah, qiyâdah (penataan), siyâsah (pembinaan masyarakat) dan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan semua sendi kehidupan. Untuk menelaah dan mendalami semua itu, tidak begitu saja bisa diperoleh tanpa usaha. Namun harus dengan upaya pembelajaran dan berguru. Karenanya, mempelajari ajaran Islam –sebuah agama yang mempunyai cakupan ilmu yang luas, integral, mendalam lagi beragam– menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Sehingga tidak mengherankan apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”.
Namun kenyataannya, ada saja yang berkomentar dengan sekedar bersandar pada tekstual hadits belaka tentang hukum wanita menuntut ilmu adalah nâfilah (sunnat) semata dan bukan wajib. Padahal sebenarnya kata “muslim” dalam hadits di atas bermakna orang yang telah beriman kepada risalah Islam baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan. Sehingga penakwilan semacam itu merupakan pemaknaan yang tidak benar. Oleh karena itu, Islam menaruh perhatian yang khusus pada pendidikan dan ilmu syar’i yang bermanfaat bagi mereka.
Bagi yang memperhatikan risalah Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pastilah ia bisa mengetahui bahwa Islam dengan seluruh kandungan perintah dan larangannya, tidak dibatasi hanya untuk kalangan kaum Adam saja. Akan tetapi, kaum Hawa juga menjadi bagian dari perintah dan larangan risalah tersebut. Semua nash dalam al-Kitab dan as-Sunnah memberikan penjelasan adanya kesamaan kewajiban antara laki-laki dengan perempuan dalam semua hal, kecuali beberapa hal saja yang memang sudah menjadi kekhususan masing-masing. Bahkan terdapat dalil yang jelas menerangkan beban syariat yang secara khusus hanya diarahkan kepada kaum wanita, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’ân:
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (Sunnah Nabimu)” [al-Ahzâb/33:34].
Begitu pula yang dikatakan Ibnu ‘Abbas dalam menafsirkan ayat:

وقلن قولأ معر فا

“(dan ucapkanlah perkataan yang baik – al-Ahzâb/33 ayat 32)”
, maksudnya, perintahkan kepada mereka untuk ikut serta beramar ma’ruf nahi munkar.
Maka, di antara peran terpenting bagi para wanita yang berkiprah di medan dakwah, yaitu mengajarkan ilmu syar’i, memberikan pengarahan dan bimbingan, dan melakukan tarbiyah dan pembinaan. Terlebih lagi dalam menangani urusan rumah tangga dan urusan suami, ia sama halnya dengan seorang wanita yang bergerak dalam aktifitas-aktifitas dakwah, secara tidak langsung memiliki peran penting melalui tutur-tutur katanya yang tertulis maupun terekam. Dengan itu, ia telah mengerahkan tenaga dan pikiran sebagai sumbangsihnya bagi agamanya.
Perlu diketahui, semenjak awal Islam, sudah terdapat perintah untuk memberikan pengajaran kepada para perempuan tentang ilmu-ilmu syar’i. Meski, pada beberapa keadaan ada yang menentang masalah ini. Namun perlu digarisbawahi, penolakan tersebut sesungguhnya pada persoalan mempelajari syair-syair yang mengandung unsur amoral, ilmu filsafat, atau mempelajari perkara-perkara yang mengakibatkan ikhtilâth (bercampurnya) antara laki-laki dengan perempuan. Akan tetapi, apabila yang dipelajari adalah ilmu syar’i yang jelas bermanfaat, maka tiada larangan di dalamnya. Bahkan terdapat anjuran untuk mendalaminya, karena ilmu syar’i tersebut bisa membenahi jiwanya, moralnya, dan perasaannya melalui aqidah yang shahîh, pedoman-pedoman agama yang luhur dan pengetahuan-pengetahuan yang akan menerangi akalnya dan memperkuat pendiriannya dalam menghadapi urusan-urusan duniawi.
TIDAK ADA PERBEDAAN UNTUK BELAJAR ANTARA LELAKI DAN WANITA
Begitulah, tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam masalah mencari ilmu. Siapa saja, muslim dan muslimah yang enggan mempelajari hukum-hukum agama, cara berhubungan dengan Rabbnya, enggan mempelajari cara pembinaan jiwa, norma sosial, inti moral dan tata krama kehidupan, maka ia telah terjerumus dalam dosa karena meremehkan ilmu-ilmu tersebut. Yang berarti dia pun telah menyodorkan dirinya pada kehidupan nista karena keterlambatan dalam menggapai dunia dan akhirat. Padahal semua itu merupakan ilmu yang bermanfaat, dan akan membebaskan seseorang dari kebodohan dan ketidakpekaan pada kebenaran, serta menghindarkannya dari sekedar orientsi keduniaan semata.