Jumat, 10 Agustus 2012

Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bag. II


Aku Tidak Tahu Apakah Wanita itu Zarqa Atau Kahla …!
(Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bag. II)
Dalam kitab Dzammul Hawa (ذم الهوى), Abul Faraj Al-Jauzy rahimahullah mengatakan, “Ibni Abi Manshur (ابن أبي منصور ) telah memberiku kabar, beliau berkata, “Al-Mubarak bin Abdil Jabbar(المبارك بن عبد الجبار ) telah memberiku kabar, beliau berkata, “Abu Ishaq Al-Barmaki (أبو إسحاق البرمكي ) telah memberiku kabar, beliau berkata, “Abul Husain Az-Zainabi (أبو الحسين الزينبي ) berkata, “Muhammad bin Khalaf (محمد بن خلف ) memberitahukan kepadaku bahwa sebagian rawi dari Al-Madaini (المدائني) menyampaikan kepadaku dari beberapa gurunya bahwa,
 (#) “Seorang pejabat Bashrah mencari Daud bin ‘Abdillah. Maka, dia pergi kepada seorang shahabatnya yang tempat tinggalnya di ujung Bashrah. Ia seorang yang pencemburu. Maka, ia mendudukkan tamunya sesuai kedudukannya. Ia punya seorang istri cantik yang dipanggil Zarqa’. Orang ini keluar untuk suatu keperluan, dan memerintah istrinya supaya bersikap ramah dan berkhidmat kepada tamunya.
(*) : Ketika orang itu datang, ia bertanya kepada Daud, “Bagaimana kamu menilai Zarqa’ dan bagaimana keramahannya kepadamu?”
(+) : Daud balik bertanya, “Siapakah Zarqa’?”
(*) : Ia menjawab, “Nyonya rumah yang kamu singgahi ini!”
(+) : Ia mengatakan, “Aku tidak mengetahui apakah Zarqa’ ataukah Kahla.”
Maka, orang itu pun mendatangi Zarqa’ lalu membentaknya dan mengatakan,
(*) “Aku berpesan kepadamu supaya bersikap ramah kepada Daud dan berkhidmat kepadanya, tetapi kamu tidak melakukannya.”
(-) Zarqa’ menjawab
“Kamu memerintahku supaya berkhidmat kepada orang yang buta. Demi Allah, ia tidak mengangkat pandangannya kepadaku.”
—selesai penukilan dari kitab ذم الهوى, hal 89 —
Faidah:
·         Demikianlah pembaca mulia, sekelumit kisah kehidupan para pendahulu kita, salafusshalih, yang senantiasa menjaga diri mereka dari perbuatan maksiat, sekecil apapun itu (baca: hanya melihat Zarqa’, wanita bukan mahramnya) meskipun merekamemiliki kesempatan untuk melakukannya, dan tidak ada orang yang melihatnya.
·         Melihat wanita bukan mahram, termasuk perbuatan yang terlarang dalan Islam. Namun, ini menjadi hal yang dianggap remeh di masa kini. Wal-‘iyadzu billah.
Maka, dengan menukil satu kisah salaf di atas, hendaknya kita bisa merenungkan. Sudahkah kita buat mata ini tidak berkhianat di saat kesempatan itu ada?
Renungkanlah wahai  facebookers ikhwan wal akhwat….…

Mengikuti Pemerintah dalam Penentuan Rukyat Hilal dan Penentuan Awal Akhir Ramadhan


Saya melihat Pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang dipimpin oleh seorang muslim, yaitu bapak SBY beserta jajarannya, semoga Allah Ta’ala selalu memberikan keshalihan dalam langkah-langkah beliau untuk mengurus Negara ini..
Saya melihat kementrian Agama Republik Indonesia sudah sesuai sunnah dalam menentukan masuknya bulan Ramadhan, yaitu dengan ru’yah hilal atau menyempurnakan bulan Sya’ban jika tidak terlihat hilal
Saya juga telah membaca hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
« الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ ». رواه الترمذى
Artinya: “Puasa itu pada hari kalian semua berpuasa, berbuka pada hari kalian semua berpuasa dan dan hari ‘iedul Adhha ketika kalian semua berkurban”. HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah no. 224.
Berkata Al Mubarakfury rahimahullah di dalam Tuhfatul Ahwadzi: “Sebagian Ulama menafsirkan bahwa puasa dan berbuka sesungguhnya hanya bersama sekumpulan besar manusia (dari kaum muslimin-pent)”.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ – رضى الله عنهما – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ذَكَرَ رَمَضَانَ فَقَالَ « لاَ تَصُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلاَلَ ، وَلاَ تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ » .
Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahw Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenyebutkan Ramadhan, beliau bersabda: “Janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihat hilal dan jangan kalian berbuka (berhari raya) sampai kalian melihat (hilal)nya, maka jika tertutup atas kalian (hilal tersebut), maka ukurlah baginya.” HR. Bukhari dan Muslim.

عن أَبَي هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – يَقُولُ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ – صلى الله عليه وسلم – « صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ ، فَإِنْ غُبِّىَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berpuasalah karena melihatnya dan berbukalah (berhari rayalah) karena melihatnya, maka jika terhalang oleh kalian (hilalnya) maka sempurnakanlah jumlah hari Sya’ban menjadi 30 hari.” HR. Bukhari dan Muslim.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا رَأَيْتُمُ الْهِلاَلَ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُومُوا ثَلاَثِينَ يَوْمًا ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian melihat hilal, maka berpuasa kalian, dan jika kalian melihatnya maka berbukalah (berhari rayalah) kalian, jika terhalang atas kalian mendung maka berpuasa sebanyak 30 hari.” HR. Muslim.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَقَدَّمُوا الشَّهْرَ حَتَّى تَرَوُا الْهِلاَلَ قَبْلَهُ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثُمَّ صُومُوا حَتَّى تَرَوُا الْهِلاَلَ أَوْ تُكْمِلُوا الْعِدَّةَ قَبْلَهُ ».
Artinya: “Hudzifah bin Al Yaman meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mendahulukan (puasa) Ramadhan sampai kalian melihat hilal sebelumnya atau kalian menyempurnakan jumlah bilangan hari (bulan Sya’ban), kemudian berpuasalah kalian sampai kalian melihat hilal atau sempurnakanlah jumlan hari (untuk bulan sebelumnya).” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih An Nasai, 2/98.
Dengan berbagai macam redaksi hadits; ada yang bersifat perintah, ada yang bersifat penetapan setelah peniadaan yang kesemuanya menunjukkan bahwa menentukan awal Ramadhan hanya dengan 2 cara tidak ada yang ketiga, yaitu; dengan rukyah hilal atau menyempurnakan Sya’ban menjadi 30 hari jika hilal tidak terlihat.
Saya juga sangat kagum dengan Indahnya perkataan Al Muhaddits Al-Albani rahimahullah tentang kewajiban mengikuti pemimpin yang sah dan kesatuan kaum muslimin di dalam memulai berpuasa dan berbuka (yaitu mengakhirinya-pent), dan setiap individu hendaknya mengikuti kesatuan kaum muslimin, beliau berkata:
“و هذا هو اللائق بالشريعة السمحة التي من غاياتها تجميع الناس و توحيد صفوفهم ، و إبعادهم عن كل ما يفرق جمعهم من الآراء الفردية ، فلا تعتبر الشريعة رأي الفرد – و لو كان صوابا في وجهة نظره – في عبادة جماعية كالصوم و التعبيد و صلاة الجماعة ، ألا ترى أن الصحابة رضي الله عنهم كان يصلي بعضهم وراء بعض و فيهم من يرى أن مس المرأة و العضو و خروج الدم من نواقض الوضوء ، و منهم من لا يرى ذلك ، و منهم من يتم في السفر ، و منهم من يقصر ، فلم يكن اختلافهم هذا و غيره ليمنعهم من الاجتماع في الصلاة وراء الإمام الواحد ، و الاعتداد بها ، و ذلك لعلمهم بأن التفرق في الدين شر من الاختلاف في بعض الآراء ، و لقد بلغ الأمر ببعضهم في عدم الإعتداد بالرأي المخالف لرأى الإمام الأعظم في المجتمع الأكبر كمنى ، إلى حد ترك العمل برأيه إطلاقا في ذلك المجتمع فرارا مما قد ينتج من الشر بسبب العمل برأيه ، فروى أبو داود ( 1 / 307 ) أن عثمان رضي الله عنه صلى بمنى أربعا ، فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه : صليت مع النبي صلى الله عليه وسلم ركعتين ، و مع أبي بكر ركعتين ، و مع عمر ركعتين ، و مع عثمان صدرا من إمارته ثم أتمها ، ثم تفرقت بكم الطرق فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين متقبلتين ، ثم إن ابن مسعود صلى أربعا ! فقيل له : عبت على عثمان ثم صليت أربعا ؟ ! قال : الخلاف شر . و سنده صحيح . و روى أحمد (5 / 155) نحو هذا عن أبي ذر رضي الله عنهم أجمعين .
فليتأمل في هذا الحديث و في الأثر المذكور أولئك الذين لا يزالون يتفرقون في صلواتهم ، و لا يقتدون ببعض أئمة المساجد ، و خاصة في صلاة الوتر في رمضان ، بحجة كونهم على خلاف مذهبهم ! و بعض أولئك الذين يدعون العلم بالفلك ، ممن يصوم و يفطر وحده متقدما أو متأخرا عن جماعة المسلمين ، معتدا برأيه و علمه ، غير مبال بالخروج عنهم ، فليتأمل هؤلاء جميعا فيما ذكرناه من العلم ، لعلهم يجدون شفاء لما في نفوسهم من جهل و غرور ، فيكونوا صفا واحدا مع إخوانهم المسلمين فإن يد الله مع الجماعة “.
“Hal inilah yang paling sesuai dengan syari’at yang mudah, yang mana tujuannya mengumpulkan manusia dan menyatukan barisan mereka, menjauhkan mereka dari setiap hal yang memecah belahkan kesatuan mereka, syari’at Islam tidak menganggap pendapat personal -meskipun benar di dalam pandangannya- di dalam ibadah yang dilakukan secara bersama-sama, seperti; berpuasa, berhari raya, shalat berjama’ah.
Bukankah Anda melihat para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum, sebagian mereka shalat dibelakang yang lainnya, padahal di antara mereka ada yang berpendapat bahwa menyentuh wanita dan kemaluan serta keluarnya darah membatalkan wudhu, sedangkan di antara mereka ada yang tidak berpendapat demikian, di antara mereka ada yang menyempurnakan shalat ketika safar dan diantara mereka ada yang mengqashar, tidak menjadikan perbedaan mereka dalam permasalahan ini atau yang lainnya, melarang mereka untuk bersatu di dalam perkara shalat di belakang satu imam dan menganggap shalatnya sah. Yang demikian itu, karena pengetahuan mereka bahwa berpecah belah di dalam perkara agama adalah lebih buruk daripada hanya sekedar berselisih di dalam beberapa pendapat.

Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bagian I


Akhi… Apa Susahnya Kau Hapus Akhwat dari Friendlist Facebookmu? (nasehat untuk ikhwan maupun akhwat)

( Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bagian I).

Penyusun: Abu Muhammad Al Ashri
Muraja’ah dan koreksi ulang: Ust. Abu Ukasyah

 

Akhi…

Bila kita sempatkan diri kita untuk membaca sejarah hidup para pendahulu kita yang shalih mulai dari masa shahabat hingga para ulama salafi, niscaya kita dapati akhlak, adab, dan ketegasan mereka yang menakjubkan. ‘Kan kita jumpai pula indahnya penjagaan diri mereka dari aib dan maksiat. Merekalah orang-orang yang paling bersegera menjauhi maksiat. Bahkan, sangat menjauh dari sarana dan sebab-sebab yang mendorong kepada perbuatan maksiat.
Bila kita membaca kehidupan anak-anak atau para remaja di masa salaf, niscaya kita dapati mereka adalah darah-darah muda yang tampak kecintaannya terhadap din, semangatnya dalam membela al-haq, dan sikap bencinya kepada perbuatan dosa. Maka, kita dapati mereka di usia muda, sudah memiliki hafalan Al-Qur’an, semangat yang besar untuk berjihad, dan kecerdasan yang menakjubkan.

Sebaliknya, sungguh sangat sedih hati ini. Tidakkah kita merasakan bahwa kaum muslimin saat ini terpuruk, terhina dan tidak berdaya di hadapan orang-orang kafir, padahal jumlah kita banyak? Lihatlah diri kita! Bandingkan diri kita dengan para pemuda di masa salaf! Akhi… saya, antum, kita semua pernah bermasiat. Namun, sampai kapan kita bermaksiat kepada-Nya?
.
Saya tidak mengharamkan antum berdakwah kepada wanita, karena Nabi pun berdakwah kepada wanita!
Saya pun tidak mengharamkan muslim atau muslimah memanfaatkan facebook, karena untuk mengharamkan sesuatu membutuhkan dalil.
Siapa yang melarangmu mendakwahi mereka akhi…?
Bahkan, dulu kumasih berprasangka baik padamu bahwa kau ‘kan dakwahi teman-teman lamamu, termasuk para wanita itu…
Namun, yang terjadi adalah sebagaimana yang kau tahu sendiri…
Tak perlu kutulis…
Karena kau pasti tahu sendiri…
.
Catat! Tak kubuka friendlist FB-mu karena aku tak mencari-cari aibmu…
Namun, tidakkah kau sadar bahwa FB itu sangat-sangat terbuka?
Hingga dirimu sendiri yang tak sadari…
Bahwa tingkah lakumu pada para akhwat itu,
Dapat dilihat kawan-kawanmu yang lain, termasuk diriku…
Yang inilah sebab yang mendorongku menorehkan pena dalam lembaran-lembaran ini…
Duh….
Betapa sering Allah menutupi aib seorang hamba…
Namun dirinyalah sendiri yang membongkar aibnya…
.
Ya Allah…
Kuadukan kesedihan hatiku ini hanya kepadaMu…
Hanya kepadaMulah kuserahkan hatiku…
Mudah-mudahan Kau mendengar doaku…
Dan Kau maafkan kesalahan kawan-kawanku itu…
Di samping ku terus berhadap agar Kau pun maafkan diriku…
.
Akhi…
Pernahkah kau baca firman Allah yang menyinggungmata yang berkhianat”?
Baiklah, kita periksa kembali. Allah berfirman dalam surat Al-Mukmin: 19
 “Dia mengetahui (pandangan) mata yang berkhianat
Nah, apakah yang dimaksud dengan mata yang berkhianat itu? Akhi, sesungguhnya Al-Qur’an itu turun di masa para shahabat. Shahabat Nabilah yang paling mengerti makna Al-Qur’an karena mereka hidup bersama Nabi, langsung mendapat bimbingan dan pengarahan Nabi. Maka, kini kan kubawakan tafsir Ibnu Abbas, sebagai hadiahku untukmu.
Akhi ingat kan siapa Ibnu Abbas? Na’am! Dia adalah ahli tafsir dari kalangan shahabat Nabi. Kudapatkan tafsir ini dari Abul Faraj Al-Jauzy (Ibnul Jauzy), dalam kitab beliau,ذم الهوى. Ibnu Abbas berkata
 “Seseorang berada di tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka. Maka, ia memperlihatkan kepada kawan-kawannya bahwa IA MENAHAN PANDANGANNYA DARI WANITA TERSEBUT. Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita tersebut. Dan jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya, ia menahan pandangannya. Padahal, Allah ‘azza wa jalla mengetahui isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut .”
.
Camkan itu akhi…!
Kita sudah lama mengenal Islam…
Kita sudah lama ngaji…
Apakah seseorang yang sudah lama ngaji pantas seperti itu?
Inginkah akhi dikenal manusia sebagai pemuda yang shalih…
Yang senantisa menundukkan pandangan di alam nyata…
Namun kau berkhianat dengan matamu…
Kau tipu kawan-kawanmu yang berprasangka baik kepadamu…
Tidakkah ‘kau malu kepada Allah…
Yang melihatmu di kala tiada orang lain di sisimu selain laptopmu, komputer, atau HP-mu?
Yang dengan laptopmu kau bisa pandangi wanita sesuka hatimu…?
Yang komputermu  kau bisa sapai mereka sepuasmu..?
Yang HP-mu kau bisa berbincang-bincang dengan mereka sekehendakmu…?
.
Akhi…
Janganlah ‘kau marah padaku…
Marahlah pada Ibnu Abbas jika kau mau…
Karena dialah yang menjelaskan arti mata khianat kepadaku…
.
Akhi…
Jika kau malu bermaksiat di hadapan kawan-kawanmu, apalagi di hadapan para wanita itu…
Ketahuilah bahwa
Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di sebelah kanan dan sebelah kirimu, saat kamu melakukan dosa, itu lebih besar daripada dosa itu sendiri!”
Eits… sebentar akhi, jangan marah dulu. Itu di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas! Silakan lihat di ذم الهوى halaman 181.
.

Jumat, 03 Agustus 2012

Daftar Santriwati - Update 30 Juli 2012

Daftar Nama Santriwati Kelas A.2.
1. Astri Fahmilia
2. Putin Ristiani
3. Triyani
4. Tri Wiastuti
5. Kusmiyati
6. Istrinawati
7. Nadiya Adibah
8. Siti Nur Indah sari
9. Annisa Nurlatifa F
10. Fera Astuti
11. Istiqomah Sulistyoningrum
12. Tri Wulandari
13. Yeni Eka Susilawati
14. Erni Yuliyaningsih
15. Martini
16. Sunarmi
17.Nurlailiyani

Daftar Nama Santriwati Kelas B.1.
1. Tri Wahyuni
2. Miftah Nur Alimah
3. Dewi Ponco Wati
4. Setyo Wati
5. Usad Rodhiyatul Fadhilah
6. Febryan Rochmadhona Nara Murti
7. Alfialin Purnamasari
8. Isti Qomariah
9. Fatma Indah Rahmawati
10. Ririn Lisnawati
11. Yunita Novasari
12. Noor Rochmah Titis K
13. Ayu Solicha
14. Anna Fatmawati

Baarakallahu fiikunna.
 

Rabu, 01 Agustus 2012

Kondisi Santriwati Terkini

Alhamdulillah...segala puji syukur hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Penupup para Nabi dan Rasul yaitu Nabiyyuna Muhammad Shalallahu 'alahi Wa Salam.
Pada hari ahad, 29 Juli 2012 merupakan hari kedua setelah libur semester. Alhamdulillah Penerimaan santriwati baru yang diselenggarakan sebelumnya, telah bisa mengajak para Remaja Muslimah untuk bergabung bersama kami, menyelami nikmatnya menuntut ilmu Syar'i. 
Tercatat, -setelah daftar ulang-santri baru Madrasah Diniyyah kami ada 14 santriwati baru yang telah melakukan daftar ulang dan telah mengikuti kegiatan Belajar Mengajar. Diantara mereka ada yang dari kota Penghasil Susu Sapi yaitu Boyolali, ada dari Karanganyar dan Surakarta. 
Adapun  santri lama yang sudah melakukan daftar ulang ada 17 santriwati
Menuntut ilmu agama merupakan kewajiban kita bersama. STIMUS yang merupakan wadah perkumpulan Muslimah berusaha menjembatani dan memfasilitasi bagi para akhwat sekalian untuk memperolehnya. Suatu amanah yang harus kita emban bersama. dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik bagi para calon ummahat supaya memiliki  aqidah yang shohihah serta berakhlak karimah dan memiliki bekal dalam mengarungi kehidupan.
Maka dari itu, kami atas nama Pengurus STIMUS dan Yayasan Ar Risalah Sukoharjo, mengucapkan Ahlan Wa Sahlan para Penuntut Ilmu Syar'i. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu membimbing langkah-langkah kita menuju Ridho Ilahi. Dan kepada para simpatisan dakwah kami, mohon dukungan dan doanya selalu. Wallahul Musta'an.