Akhi… Apa
Susahnya Kau Hapus Akhwat dari Friendlist Facebookmu? (nasehat untuk ikhwan
maupun akhwat)
( Renungan untuk Ikhwan-Akhwat Pengguna Facebook: bagian I).
Penyusun: Abu Muhammad Al Ashri
Muraja’ah dan koreksi ulang: Ust. Abu Ukasyah
Akhi…
Bila kita sempatkan diri kita untuk membaca sejarah hidup
para pendahulu kita yang shalih mulai dari masa shahabat hingga para ulama
salafi, niscaya kita dapati akhlak, adab, dan ketegasan mereka yang
menakjubkan. ‘Kan kita jumpai pula indahnya penjagaan diri mereka dari aib dan
maksiat. Merekalah orang-orang yang paling bersegera menjauhi maksiat. Bahkan,
sangat menjauh dari sarana dan sebab-sebab yang mendorong kepada perbuatan
maksiat.
Bila kita membaca kehidupan
anak-anak atau para remaja di masa salaf, niscaya kita dapati mereka adalah
darah-darah muda yang tampak kecintaannya terhadap din, semangatnya dalam
membela al-haq, dan sikap bencinya kepada perbuatan dosa. Maka, kita dapati
mereka di usia muda, sudah memiliki hafalan Al-Qur’an, semangat yang besar
untuk berjihad, dan kecerdasan yang menakjubkan.
Sebaliknya, sungguh sangat sedih hati ini. Tidakkah kita merasakan bahwa kaum muslimin saat ini
terpuruk, terhina dan tidak berdaya di hadapan orang-orang kafir, padahal
jumlah kita banyak? Lihatlah diri kita! Bandingkan diri kita dengan para pemuda
di masa salaf! Akhi… saya, antum, kita semua pernah bermasiat. Namun, sampai
kapan kita bermaksiat kepada-Nya?
.
Saya tidak mengharamkan antum berdakwah kepada wanita,
karena Nabi pun berdakwah kepada wanita!
Saya pun tidak mengharamkan muslim atau muslimah
memanfaatkan facebook, karena untuk mengharamkan sesuatu membutuhkan dalil.
Siapa yang melarangmu mendakwahi mereka akhi…?
Bahkan, dulu kumasih berprasangka baik padamu bahwa kau ‘kan
dakwahi teman-teman lamamu, termasuk para wanita itu…
Namun, yang terjadi adalah sebagaimana yang kau tahu
sendiri…
Tak perlu kutulis…
Karena kau pasti tahu sendiri…
.
Catat! Tak kubuka friendlist FB-mu karena aku tak
mencari-cari aibmu…
Namun, tidakkah kau sadar bahwa FB itu sangat-sangat
terbuka?
Hingga dirimu sendiri yang tak sadari…
Bahwa tingkah lakumu pada para akhwat itu,
Dapat dilihat kawan-kawanmu yang lain, termasuk diriku…
Yang inilah sebab yang mendorongku menorehkan pena dalam
lembaran-lembaran ini…
Duh….
Betapa sering Allah menutupi aib seorang hamba…
Namun dirinyalah sendiri yang membongkar aibnya…
.
Ya Allah…
Kuadukan kesedihan hatiku ini hanya kepadaMu…
Hanya kepadaMulah kuserahkan hatiku…
Mudah-mudahan Kau mendengar doaku…
Dan Kau maafkan kesalahan kawan-kawanku itu…
Di samping ku terus berhadap agar Kau pun maafkan diriku…
.
Akhi…
Pernahkah kau baca firman Allah yang menyinggung “mata yang berkhianat”?
Baiklah, kita periksa kembali. Allah berfirman dalam surat
Al-Mukmin: 19
“Dia mengetahui
(pandangan) mata yang berkhianat”
Nah, apakah yang
dimaksud dengan mata yang berkhianat itu? Akhi, sesungguhnya Al-Qur’an itu turun
di masa para shahabat. Shahabat Nabilah yang paling mengerti makna Al-Qur’an
karena mereka hidup bersama Nabi, langsung mendapat bimbingan dan pengarahan
Nabi. Maka, kini kan kubawakan tafsir Ibnu Abbas, sebagai
hadiahku untukmu.
Akhi ingat kan siapa Ibnu Abbas? Na’am! Dia adalah ahli
tafsir dari kalangan shahabat Nabi. Kudapatkan tafsir ini dari Abul Faraj
Al-Jauzy (Ibnul Jauzy), dalam kitab beliau,ذم الهوى. Ibnu Abbas berkata
“Seseorang berada di
tengah banyak orang lalu seorang wanita melintasi mereka.
Maka, ia memperlihatkan kepada kawan-kawannya
bahwa IA MENAHAN PANDANGANNYA DARI WANITA TERSEBUT.
Jika ia melihat mereka lengah, ia pandangi wanita
tersebut. Dan jika ia khawatir kawan-kawannya memergokinya,
ia menahan pandangannya. Padahal, Allah ‘azza wa jalla mengetahui
isi hatinya bahwa ia ingin melihat aurat wanita tersebut .”
.
Camkan itu akhi…!
Kita sudah lama mengenal Islam…
Kita sudah lama ngaji…
Apakah seseorang yang sudah lama ngaji pantas
seperti itu?
Inginkah akhi dikenal manusia sebagai pemuda yang shalih…
Yang senantisa menundukkan pandangan di alam nyata…
Namun kau berkhianat dengan matamu…
Kau tipu kawan-kawanmu yang berprasangka baik kepadamu…
Tidakkah ‘kau malu kepada Allah…
Yang melihatmu di kala tiada orang lain di sisimu selain
laptopmu, komputer, atau HP-mu?
Yang dengan laptopmu kau bisa pandangi wanita sesuka hatimu…?
Yang komputermu kau bisa sapai mereka sepuasmu..?
Yang HP-mu kau bisa berbincang-bincang dengan mereka
sekehendakmu…?
.
Akhi…
Janganlah ‘kau marah padaku…
Marahlah pada Ibnu Abbas jika kau mau…
Karena dialah yang menjelaskan arti mata khianat kepadaku…
.
Akhi…
Jika kau malu bermaksiat di hadapan kawan-kawanmu, apalagi
di hadapan para wanita itu…
Ketahuilah bahwa
“Sedikitnya rasa malumu terhadap siapa yang berada di
sebelah kanan dan sebelah kirimu, saat kamu melakukan dosa, itu lebih besar
daripada dosa itu sendiri!”
Eits… sebentar akhi, jangan marah dulu. Itu di atas bukan
ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas! Silakan lihat di ذم الهوى halaman 181.
Akhi…
Apakah engkau masih sempat-sempanya tertawa, melempar senyum
pada akhwat itu, meski sebatas:
simbol ^__^
atau kata-kata: xii…xiii..xii..,
atau: hiks..hiks…hiks…,
atau: hiii..hi..hi..,
atau: ha..ha..ha…,
atau: so sweet ukhti…,
atau sejenisnya yang kau
tulis di wall-wall atau ruang komentar Facebook para akhwat itu!
Maka, Ketahuilah bahwa
“Tertawa saat kamu tidak tahu apa yang akan
Allah perbuat terhadapmu, ITU LEBIH BESAR DARIPADA DOSA
ITU SENDIRI!”
dan juga
“Kegembiraanmu dengan dosa
ketika kamu melakukannya, ITU LEBIH BESAR
DARIPADA DOSA ITU SENDIRI”
Afwan akhi jika antum mulai emosi (semoga tidak). Jangan
lihat saya karena dua kalimat di atas bukan ucapan saya, tetapi ucapan Ibnu Abbas
pula, afwan.
.
Akhi…
Kalau antum masih bermudah-mudahan dalam berfacebook ria
dengan para wanita itu,
Ketahuilah bahwa antum
adalah pengecut!
Karena kalau kau berani, kau
kan temui ayahnya dan kau pinang dirinya…
Kalaupun hartamu tidak mendorongmu untuk itu…
Kau tetap pengecut karena kau hanya “tunjukkan perhatian”…
Sementara kau tidak berani “maju melangkah”…
Jika kau mampu tahan pandanganmu dari “bunga-bunga” facebook
itu, barulah kau ini seorang pemberani!
Sabar dulu akhi, jangan marah dulu. Siapa saya? Saya ini
masih sama-sama belajar seperti antum, atau malah saya masih tergolong anak “baru
ngaji”. Namun, mohon jikalau akhi menolak ucapan saya, perhatikanlah
untaian kata yang dikutip Ibnul Jauzi di bawah ini..
Pemberani bukanlah orang yang melindungi tunggangannya
Pada saat peperangan, ketika api berkobar
Akan tetapi, pemuda yang menahan padangannya
dari yang diharamkan…
Itulah prajurit yang ksatria!
Akhi…
Sekali lagi, kalau kau tersinggung dengan ucapanku. Mohon
janganlah kau lihat siapa saya, kawanmu ini. Saya tidak ada apa-apanya. Namun,
sekali lagi, kumohon lihatlah siapa orang yang perkataannya kuhadirkan padamu.
Salaf memberi nasehat kepada kita dengan untaian katanya di bawah ini:
“Pahamilah wahai
saudaraku apa yang aku pesankan kepadamu…
Penglihatanmu tidak lain adalah nikmat dari Allah atasmu…
Janganlah mendurhakai-Nya dengan menggunakan nikmat-Nya….
Perlakukanlah penglihatan tersebut dengan menahannya dari
yang haram,
Maka kamu beruntung.
Jangan sampai engkau mendapat sangsi berupa hilangnya
kenikmatan itu.
Waktu berjihad untuk menahan pandangan adalah sejenak.
Jika kau melakukannya, kau ‘kan dapatkan kebaikan yang
banyak,
dan selamat dari keburukan yang panjang.”
[lihat ذم الهوى , karya أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي الحسن
الجوزي, hal. 143 ]
Akhi…
Sekali lagi, demi Allah, saya tidak melarangmu untuk
berdakwah, termasuk dakwah kepada wanita. Sudah kuterangkan di atas bahwa Nabi
pun berdakwah kepada wanita.
Namun, wahai akhi…
Antum memiliki kewajiban yang besar sebelum antum
berdakwah, yaitu ilmu! Sudahkah kita berdakwah
dengan ilmu? Akhi ini kutujukan pula untuk
diriku: Manakah waktu yang lebih banyak kita
habiskan? Mendakwahi wanita itu, atau waktu kita dalam
mengikuti majelis ilmu? Silakan kita
jawab sendiri.
.
Akhi…
Laki-laki memang tidak dilarang bahkan bisa diwajibkan
mendakwahi wanita, sebagaimana yang Nabi dan para shahabat lakukan…
Namun, mendakwahi mereka tidak harus lewat facebook kan?
Antum bisa membuat blog/webiste yang dari situ antum bisa menulis risalah.
Antum bahkan bisa berbicara di alam nyata jika diperlukan, selama tidak ada
khalwat. Namun, tidakkah kita ingat bahwa para
shahabat menimba ilmu dari istri Nabi tidak berhadapan langsung, tetapi di
balik tabir?
Jika ingin berdakwah, antum bisa menukilkan artikel
bermanfaat, lalau kau cantumkan di facebookmu.. Antum juga bisa membuat page,
atau grup yang dengannya kau bisa kirimkan artikel kepada kaum muslimin atau
muslimah sehingga bisa membaca nasehatmu. Itu
saja! Lalu kau log-out dari FB. Selesai kan? TANPA KITA HARUS MELIHAT-LIHAT LAWAN JENIS dan
berbincang-bincang dengannya.
Akhi… di saat antum akan mendakwahi wanita, di saat itu
pula antum harus menjaga diri antum untuk jauh.. menjauh sejauh-jauhnya dari pintu fitnah!
Tidak ingatkah akhi bahwa para shahabat ketika ingin menimba
ilmu kepada para istri nabi, mereka lakukan di balik tabir? Di
balik tabir akhi…! Bukan melihat wajah-wajah wanita yang kau
add di facebookmu itu!
.
Akhi…
Jangan kau anggap ini kaku. Kalau akhi tidak percaya.
Silakan periksa sendiri. Demi Allah, silakan periksa sendiri para akhwat
teman-teman lama antum ketika di SLTP / SMU dulu, termasuk di kampusmu
yang kau add di FB-mu.
Berapa di antara mereka yang menerima nasehatmu dalam praktik
yang nyata?
Hingga para akhwat tersebut memakai hijabnya…
Menutupi wajahnya dari pandanganmu…
Meninggalkan maksiat-maksiat karena menerima nasehatmu..
Atau akhwat-akhwat itu hanya katakan,
“Subhanallah akhi…,
bagus sekali nasehatnya….,
izin share ya….
Saya di-tag dong…
Kok ana tidak di-tag akhi…?
Makasih ya bang telah di-tag…
Jangan bosan-bosan nasehatin ana…”
Bah! Jangan terburu-buru kau biarkan hatimu berbunga-bunga
dengan kata-kata di atas akhi, karena
“Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah”
(Q.S. An-Nisa’: 28)
maka ingatlah bahwa jika akhwat itu bisa berkata-kata lembut
kepadamu, padahal dia bukan istrimu, tentu dia pun akan bersikap
demikian pada laki-laki lain, selain dirimu!
Sadarlah wahai hati dari kasmaranmu, dan dengarkan!
Ucapan kesedihan dan kasihan kepadamu…
Kamu terpikat dengan gadis yang hatinya terpikat dengan
selainmu!
Akhi….
Sebelum kau terpukau dengan gaya bahasa para akhwat itu, ingatlah bahwa Nabi memberikan peringatan kepada
kita
”Aku tidak meninggalkan sepeninggalku suatu fitnah yang lebih
berbahaya bagi kaum laki-laki ketimbang wanita”
[ H.R Bukhari dan Muslim ]
.
Akhi…
Apakah kau tidak merasakan kesedihan sebagaimana yang
kurasakan? Akhi… Bagaimana mata ini tidak mengalir di saat kita baca pesan
istri Nabi, Aisyah, berkata,
“Seandainya Rasulullah
melihat apa yang diperbuat kaum wanita pada hari ini, niscaya
beliau melarang mereka keluar rumah atau mengharamkan
mereka keluar rumah”
[lihat beserta sanadnya di ذم الهوى , karya أبو الفرج
عبد الرحمن بن أبي الحسن الجوزي, hal. 154][1]
Ya.. Allah, ‘afallahu ‘anhunna…
.
Akhi… Kapan Aisyah (radhiyallahu ‘anha) mengatakan demikian?
Kapan…? Kapan…? Lebih dari seribu tahun yang lalu, akhi, di
saat Islam masih di puncak kejayaannya, di saat para shahabat yang menerima
langsung pengajaran nabi masih hidup.
.
Duhai Ibunda, Aisyah….
Kau katakan demikian…
di kala Nabi belum lama wafat meninggalkan dirimu…
di kala para shahabat terbaik masih hidup di antaramu..
Kau katakan demikian…
di kala para wanita masih tutupi dirinya dengan hijab
kemuliaan
Aku tahu tak tahu apa yang ‘kan kau katakan…
Jika kau hidup di masa kami…
Di saat kami tenggelam dalam kotornya dunia…
Di saat manusia menghiasi dirinya dengan tipisnya rasa
malu…
Di saat kaum wanita ceburkan dirinya dalam alam tabu…
.
Maka, demikian pula Engkau wahai saudariku muslimah! Jikalau
tulisan ini sampai kepadamu, mengapa tidak kau
katakan kepada kami, para laki-laki, suatu ucapan yang kami justru
bangga mendengarnya jika kau ucapkan:
إليك عني! إليك عني! … فلست منك و لست مني
Menjauhlah kau dariku…! Menjauhlah kau dariku…!
Karna aku bukan milikmu…
Dan kau pun bukan bagian dari ku…
Ya ukhti…
Mengapa mau add, atau kau terima permintaan pertemanan
facebook dengan para laki-laki, sementara ia bukan milikmu?
Belumkah kau ketahui tahu bahwa
Laki-laki ketika melihat wanita…
Seperti bintang buas ketika melihat daging…
Jika daging-daging itu tidak disimpan dengan rapi…
Ia ‘kan dibabat tanpa konpensasi apapun dan tanpa harga…
.
Ya ukhti…
Belumkah sampai kepadamu pesan Nabi kita?
“Wahai kaum
wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istighfar! Sesungguhnya
aku melihat kalian sebagai penghuni mayoritas di neraka.
(H.R. Muslim: 132)
Wahai ukhti…
Tidakkah kau ingat bahwa kau pun diperintah untuk menahan
pandanganmu?
“Katakanlah kepada
wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka,
dan memelihara kemaluan mereka! Dan janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa)
nampak dari mereka! Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
ke dada mereka!”
(Q.S. An-Nuur: 31)
—bersambung—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar